ikhtisar

Ringkasan Novel “Bekisar Merah” Karya Ahmad Tohari



Novel ini bercerita mengenai lika-liku kehidupan Lasi, wanita dusun blasteran Indo-Jepang yang tinggal di sebuah desa bernama Karangsonga, sebuah desa di sekitar Purwokerto, Jawa Tengah. Ayahnya adalah gerilyawan Jepang pro-RI. Karena darahnya yang campuran membuat penampilannya pun kontras dengan fisik kebanyakan anak Karangsonga. Ia selalu dirundung di sekolah dengan sebutan Lasipang (Lasi anak Jepang) sewaktu kanak-kanak. Ia juga selalu mendapat perlakuan yang berbeda karena kondisinya yang demikian.
 
Gonjang-Ganjing Rumah Tangga Lasi
Ketika dewasa, Lasi yang cantik jelita dinikahkan dengan Darsa, keponakan bapak tiri Lasi. Kehidupan mereka diliputi kebersehajaan dan kebahagiaan kendati Darsa hanya seorang penyadap nira kelapa. Di tengah keharmonisan keluarga kecil tersebut dirundung cobaan. Darsa jatuh dari pohon kelapa saat menyadap dan dirawat di rumah sakit. Terkendala biaya, akhirnya Darsa dibawa pulang. Ia diobati secara tradisional oleh Bunek, dukun pijat dan bayi. Darsa yang mengalami impotensi dan gangguan kandung kemih berangsur sembuh. Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Ternyata setelah kesembuhan Darsa, Bunek meminta imbalan kepada Darsa. Ia meminta suami Lasi itu meniduri anaknya yang dikenal prawan tua, Sipah. Anak bunek itu tak kunjung menikah karena sangat pemalu dan pincang kakinya. Darsa menuruti hal tersebut.
 
Lasi ‘Minnggat’ ke Jakarta
Berita mengenai Darsa meniduri Sipah menyebar ke seantero Karangsonga. Lasi yang sedari awal memang dipandang  dengan sebelah mata kian tersiksa oleh berita tersebut. Lasi yang hancur hatinya memutuskan untuk kabur ke Jakarta bersama truk Pak Tir yang mengantar gula ke Jakarta. Pak Tir sendiri adalah tengkulak kelapa tempat Lasi dan istri penyadap nira kelapa. Lasi sekonyong-konyong ikut ke Jakarta. Oleh supir truk, Pardi dan Sapon, Lasi yang polos dititpkan ke Bu Koneng, seorang mucikari berkedok pemilik warung makan. Bu Koneng yang lihai dalam memahami kepolosan dan situasi Lasi berhasil membuat wanita lugu itu tinggal di warung sekaligus lapak birahi itu. Bu Koneng menghubungi seorang distributor wanita simpanan bagi kalongan elit negara bernama Bu Lanting.
 
Jatuh ke Pusaran Bisnis Berahi Kalangan Elit & Pertemuan dengan Kanjat
Bu Lanting tertarik merekrut Lasi untuk jadikan barang dagang di lapaknya. Dengan dalih ingin mengadopsi Lasi sebagai anaknya, ia bawa Lasi ke rumahnya. Ia mem ‘vermak’ Lasi yang masih polos menjadi wanita yang penampilannya layak disebut sebagai wanita Ibu Kota. Setelah Lasi dianggap layak jual, Bu Lanting menjual Lasi yang ia kiaskan sebagai Bekisar (ayam hasil kawin ayam hutan dan ayam biasa) kepada Handarbeni, veteran perang yang sekarang menjadi petinggi PT Bagi-Bagi Niaga. Sebelum kedatangan bandot tua itu, Kanjat menyusul Lasi dari kampung. Kanjat adalah putra bungsu Pak Tir yang sedari dulu menjadi sosok yang membela Lasi. Kanjat yang hampir menjadi sarjana di Universitas Jenderal Soedirman tahu kepergian Lasi dari supir ayahnya. Anak juragan gula itu nampaknya suka dengan Lasi namun urung berterus terang. Lasi pun demikian. Mereka hanya bertukar foto dan kemudian berpisah.
 
Overste Handarbeni yang ingin  mengikuti jejak Bung Karno yang menikahi wanita Jepang dengan cara mempersunting Lasi yang mempunyai darah Negeri Matahari Terbit itu. Dengan kekuatan pangkatnya, ia berhasil mengurus perceraian Lasi-Darsa dengan cepat. Dari awal pernikahan, sudah terlihat bahwa pernikahan pria berkepala enam dengan blasteran Indo-Jepang  itu sekadar main-main. Lasi menjadi istri ke- sekian Handarbeni dan seakan-akan hanya menjadi peliharaan di sangkar emas Handarbeni. Lasi ditempatkan di rumah mewah Handarbeni di daerah Slipi. Selama dua tahun perkawinan, Lasi merasa didera siksaan batin karena hanya wanita peliharaan Han. Selain itu, meski diberi nafkah lahir yang begitu cukup, bahkan berlebih, namun Han yang sudah tua kesulitan memberikan nafkah batin yang mencukupi. Kedua hal tersebut menyiksa Lasi. Han pernah memberi opsi gila kepada istri mudanya itu. Ia memperbolehkan Lasi untuk serong demi memenuhi hasrat Lasi yang masih muda, namun Lasi yang masih bermartabat menolak keras.
 
Kanjat: Idealisme Akademis dan Fakta Lapangan
Kanjat yang tak kunjung bisa melupakan Lasi tengah berkutat pada masalah yang tak kalah runyam. Ia dihadapkan pada ironi. Ia yang hidup dari keringat para penyadap nira kelapa  dihadapkan kepada kemelaratan para pahlawannya itu. Ia yang selepas sarjana bergabung dengan tim peneliti kampus, berusaha membuat tungku pengolahan nira kelapa yang minim bahan bakar, namun tindakannya tak mendapat sambutan orang-orang yang ingin ia tolong itu. Kemudian ia berinisiatif membuat bank nira di mana para penyadap bisa menjual niranya langsung tanpa memasaknya. Hal ini bertujuan agar para penyadap punya waktu produktif lebih untuk bekerja, namun usahanya tetap gagal. Para pengrajin gula kelapa yang kolot menolak pembaharuan yang ditawarkan Kanjat dan teman-temannya. Puncak kepedihan Kanjat adalah ketika ada rencana penebangan pohon kelapa karena dianggap mengganggu pembangunan tiang listrik. Para penyadap kehilangan mata pencahariannya termasuk Darsa, mantan suami Lasi. Ia kehilangan 10 dari 12 pohon kelapanya. Kanjat ikut bersedih namun tak bisa berbuat apa-apa. Ia merasa menjadi sarjana yang tak berguna bagi masyarakat yang telah ia anggap keluarga sendirinya itu .
 
Dibajak Broker Politik
Suratan takdir Lasi terus melaju. Seorang broker politik elit negara bernama Bambung menginginkannya. Han yang merasa derajatnya di bawah sosok tersebut hanya bisa pasrah. Ia lebih mencintai kedudukannya ketimbang Lasi yang hanya bekisar pengisi sangkar emasnya itu. Lasi kali ini tak pasrah begitu saja. Kali ini Lasi melawan. Lasi sempat terjebak siasat Bu Lanting yang menjebaknya agar bisa tidur sekamar dengan Bambung. Lasi akhirnya terjebak di jaring Bambung. Ia yang polos mau mengikuti permintaan Bu Lanting untuk menemaninya berbelanja di Singapura. Bu Lanting sukses membuat Lasi jatuh ke genggaman elitis itu. Untungnya, Bambung yang tahu aturan main tak mau memaksa Lasi untuk menyerahkan kehormatannya. Bambung kalah melawan keteguhan Lasi yang membaja. Ia melepas Lasi untuk sementara. Dengan kemampuan lobbying tingkat dewa ia berhasil membuat Han menceraikan Lasi.
 
Perlawanan Lasi
Lasi yang tahu akan diserahterimakan kabur ke kampung halamannya. Lewat perantara Eyang Mus, sesepuh serta penasihat spiritual warga Karangsonga yang mampu menangkap ada sesuatu yang spesial antara Lasi dan Kanjat, masalah Lasi mulau menemui titik terang. Berkat perantaranya, Lasi berterusterang kepada Kanjat mengenai apa yang selama ini menimpa hidup Lasi. Lasi kemudian dilamar Kanjat namun menolak karena tak ingin sarjana itu terlibat konfliknya yang pelik. Lasi berniat kabur ke luar Jawa dan minta ditemani Kanjat. Eyang Mus yang bijak menyarankan kedua murid spiritualnya untuk menikah demi menghindari fitnah. Usul itu diterima dan kedua insan yang sebenarnya memendam rasa itu akhirnya sah sebagai suami istri. Mereka berangkat ke Surabaya untuk menumpang kapal. Sial menimpa pernikahannya yang baru seumur jagung. Lanting dan aparat suruhan Bambung berhasil menemukan mereka dan membawa paksa Lasi ke cengkeraman Bambung sang pelobi kelas kakap. 
 
Namun kali ini Lasi tak lagi tertipu. Ia tak betah sama sekali dan menunjukkan ketidakniatan untuk hidup. Ia nyaris bunuh diri namun urung. Tanpa dinyana, ia hamil dari pernikahannya dengan Kanjat. Ia memberi kabar kepada Kanjat namun tak memberi alamat detail dan melarang Kanjat menyusul. Mengetahui ia tengah Hamil, Lasi semangat menjalani hidup. Sebaliknya, Bambung kehilangan minat kepada Lasi yang tengah berbadan dua. Ketika perut Lasi masih kecil, Bambung masih pede membawa Lasi ke mana-mana, namun ketika perut Lasi sudah membesar, Bambung tak sudi bertemu Lasi. Awalnya ia akan memaksa Lasi menggugurkan kandungannya, namun Lasi tak kalah. Ia juga bilang akan nekat jika Bambung dan Lanting memaksakan kehendak. Bambung kalah dua kali.
 
Tumbangnya Bambung
Takdir menunjukkan keperkasaannya. Di tengah ketidakberdayaan Kanjat, arus politik menyeret Bambung ke kursi pesakitan. Ia yang dianggap melemahkan wibawa pemerintah akhirnya ditumbangkan. Ia dituduh melakukan korupsi dan seluruh asetnya dibekukan. Lasi yang selama ini ‘dipeliahara’ Bambung ikut terseret, untungnya ia hanya menjadi tahanan sementara, itu pun berkaitan dengan kepentingan menjadi saksi. Kanjat yang tahu akan huru-hara yang menimpa tahta Bambung tak tinggal diam. Ia bersama Pardi berangkat ke Jakarta dengan misi membawa pulang Lasi. Berbekal sedikit gambaran lokasi Lasi, mereka berdua sukses menemukan rumah di mana Lasi dikerangkeng. Namun cerita ini tak berakhir begitu saja. Lasi yang tengah hamil ditahan. Kanjat meminta bantuan temannya yang seorang pengacara, Blakasuta. Akhirnya Lasi bebas meski bersyarat. Ia pulang bersama mobil dan supir yang sama ketika ia minggat dulu dengan bonus sahabat masa kecil yang sekarang menjadi suaminya.

Tagged , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *