Tak Berkategori

Mawar Merah Muda Milik Mad Mugni

Mawar Indah kulihat di tebing dekat kampus

Sungguh memesona tiada lawan, tiada banding

Coba kupetik tetapi ia terlalu tinggi

Tubuh Katai ini tak kuasa, benar-benar tak berdaya

Duri-durinya adalah ayat-ayat yang Kudus

Semak di sekelilingnya sungguh beracun

Sekali tersentuh, maka tubuhku takkan kembali utuh

Jarum jam berjalan

Kehidupan terus berdetak

Kulihat Mad Mugni Menyiramnya

Ia siram sepenuh jiwa hingga tak sadar aku ada dan memperhatikannya

Begitu kusapa:

“Mawar jelita itu kepunyaan mu?”

Matanya tajam menusuk lidahku yang tadi lancang bertanya

Aku kabur namun terus menoleh

Aku berlalu namun hatiku tinggal

Lisanku berkata ikhlas namun hatiku menuntutku berbuat culas

Sungguh bedebah nasib seringkali

Menggiringku mencintai Mawar Milik Mad Mugni

Merah Muda dia punya warna

Sungguh manis madunya

Kelopak-kelopaknya berkilap bak tersepuh

Haruskah Aku berdoa agar Mad Mugni Mampus?

Atau Kucuri saja mawar itu di malam hari?

Aksi kriminal mungkin saja melanggar hukum

Tetapi hasrat membuat semua seakan bersyariat

Apakah mata kaki kita juga buta karena hasrat?

Apakah begitu juga mata uang?

Aku ingin mencuri namun kusadar diri

Tamanku yang bersahaja takkan laik untuk mawar merah muda mad Mugni yang digdaya

Kebunku sempit dan terjepit gedung-gedung congkak

Ulat-ulat menyerbu secara biadab

Kurapikan tamanku sekadarnya saja, jauh dari presisi apalagi terencana

Mawar Merah Muda Mawar Menggoda

Menaklukkanku Memenjarakanku

Dalam ilusi tak bertepi

Karena ia milik Mad Mugni

Tagged

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *