Kisah inspiratif

Dimana Istana Umar Al-Faruq?

Pada suatu masa di zaman kekhalifahan Umar Bin Al-Khottob ibukota Daulah Islamiyah, Madinah kedatangan utusan dari Imperium Persia, salah satu dari seteru berat Daulah Islamiyah sekaligus salah satu negara adidaya  di dunia kala itu. Kedatangan utusan tersebut tidak lain tidak bukan untuk menyampaikan pesan pembesar sang Syah Persia.

Sesampainya di Madinah Al-Munawwaroh ia kebingungan, disamping karena kondisi ibu kota negara baru yang bisa dikatakan sangat sederhana, dan juga tidak ada bangunan megah ataupun mewah yang layak disebut istana tempat tinggal raja Daulah Islamiya, Umar Al-Faruq yang telah kondang namanya seantero jagad.

Setelah beberapa saat berada pada kebingungan, akhirnya ia bertanya kepada seseorang penduduk yang lewat. “Tuan, saya utusan dari Kekaisaran Sasaniyah Persia, saya bermaksud menyampaikan pesan dari Sang Syah kepada Khalifah Umar AL-Faruq. Apakah tuan tau dimana istana beliau?”. Penduduk yang ditanyai nampak kebingungan, seingatnya Amirul Mu’minin Umar bin Al-Khottob tidak memiliki istana, beliau hanya tinggal di tenda samping Masjid Nabi.

Ilustrasi Masjid Nabawi Zaman Kekhalifahan Umar Al-Faruq
Ilustrasi Masjid Nabawi zaman kekhalifahan, selain menjadi masjid bangunan ini juga berfungsi sebagai tempat tinggal Khalifah.

Setelah berpikir beberapa saat penduduk itu paham dan mengarahkan sang utusan Persia ke Masjid Nabi yang tidak jauh dari situ. “Ma’af, saya sedang tidak bercanda tuan. Saya membawa pesan penting untuk Baginda AL-Faruq. Kenapa saya dibawa ke bangunan kotak sederhana ini?”, utusan Persia bingung. “Itu Amirul Mu’minin sedang berbaring, nampaknya beliau sedang tidur siang”, tunjuk penduduk Madinah kepada laki-laki paru baya berbaju seadanya sedang tidur siang di halaman Masjid Nabi.

“Ma’af tuan, sekali lagi saya tegaskan, saya sedang berada dalam misi penting dan sedang tidak ingin bercanda. Masa seorang Umar Al-Faruq yang namanya sudah kondang di tanah Persia tidur siang di tempat seperti ini tanpa pengawalan sedikitpun?!, ini tidak lucu!”, utusan Persia mulai geram. Tiba-tiba laki-laki paruh baya tadi bangun dan mengatakan bahwa dialah orang yang utusan Persia itu cari-cari sedari tadi.

“Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan-Nya” spontan si utusan Persia membaca dua kalimat Tauhid, ia membaca dua kalimat yang memiliki kebenaran postulat itu tanpa berpikir sama sekali. Saayyiduna Umar pun sangat bersyukur atas keislaman utusan Persia yang mendadak itu, kemudian beliau bertanya pesan apa yang Mu’allaf Persia itu

bawa. “saya sudah lupa dengan apa yang harus saya sampaikan. Ketakjuban saya menghapus seluruh ingatan saya, ketakjuban mengaenai cerita tentang kepimpinan anda yang sudah menggetarkan jagad Romawi dan Persia, saya kira anda tinggal di istana yang megah dan dikawal ketat prajurit. kok malah anda tinggal di banguan sederhana ini, dengan santainya anda tidur siang tanpa pengawalan satu orang pun tentara. Saya percaya akan kebenaran anda dan apa yang anda percayai”.

 

 

Tagged , ,

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *