Did You Know It?

Bahasa Jawa Banyumasan

Bahasa Jawa Banyumasan atau bisa juga disebut Bahasa Jawa Ngapak (oleh masyarakat di luar Banyumas) adalah kelompok bahasa bahasa Jawa yang dipergunakan di wilayah barat Jawa Tengah, Indonesia. Beberapa kosakata dan dialeknya juga dipergunakan di Banten utara serta daerah Cirebon-Indramayu. Logat bahasanya agak berbeda dibanding dialek bahasa Jawa lainnya. Hal ini disebabkan bahasa Banyumasan masih berhubungan erat dengan bahasa Jawa Kuno (Kawi).

Bahasa Jawa jenis ini banyak digunakan di Kabupaten Banyumas, Cilacap, Kebumen, Purbalingga, Banjarnegara, Tegal, Brebes dan sebagian Pemalang dan Wonosobo. Diperkirakan sampai saat ini terdapat 6 juta penutur aktif bahasa yang salah satu cirinya adalah membaca penuh huruf konsonan “K” ini. Linguist asal Belanda bernama E.M Uhlenbeck dalam bukunya : “A Critical survey of Studies on the Languages on Jawa and Madura” membagi bahasa Jawa menjadi 3 jenis dialek yaitu :

Linguist Belanda peneliti Bahasa Jawa
Linguist Belanda peneliti Bahasa Jawa
  1. Rumpun bahasa Jawa bagian barat (ini yang disebut sebagai bahasa Jawa Ngapak)yang mecakup daerah Banyumasan, Kebumen, Cilacap, Purbalingga, Brebes, Tegalan,  Cirebonan dan Banten Utara.
  2. Rumpun bahasa Jawa bagian tengah, meliputi daerah : DIY, Semarang, Solo dll.
  3. Rumpun bahasa Jawa bagian timur, meliputi Provinsi Jawa Timur.

Dibandingkan dengan bahasa Jawa dialek Yogyakarta dan Surakarta, dialek Banyumasan banyak sekali bedanya. Perbedaan yang utama yakni akhiran ‘a’ tetap diucapkan ‘a’ bukan ‘o’. Jadi jika di Solo orang makan ‘sego’ (nasi), di wilayah Banyumasan orang makan ‘sega’. Selain itu, kata-kata yang berakhiran huruf mati dibaca penuh, misalnya kata enak oleh dialek lain bunyinya ena, sedangkan dalam dialek Banyumasan dibaca enak dengan suara huruf ‘k’ yang jelas, itulah sebabnya bahasa Banyumasan oleh masyarakat di luar Banyumas disebut sebagai bahasa Ngapak atau Ngapak-ngapak.

Berikut perbandingan beberapa kosa-kata Bahasa Jawa ;

Banten Utara Cirebonan & Dermayon Banyumasan Tegal, Brebes Pemalang Solo/Yogya Sunda Indonesia
kita kita/reang/ingsun/isun inyong/nyong inyong/nyong nyong aku kuring aku/saya
sire sira rika koen koe kowe maneh kamu
pisan pisan banget nemen/temen nemen/temen/teo tenan pisan sangat
keprimen kepriben/kepriwe kepriwe kepriben/priben/pribe keprimen/kepriben

/primen/prime

/priben/pribe

piye/kepriye kumaha bagaimana
ore ora/beli ora ora/belih ora/beleh ora henteu tidak
manjing manjing mlebu manjing/mlebu manjing/mlebu mlebu asup masuk
arep arep/pan arep pan pan/pen/ape/pak arep arek akan

Meskipu nstruktur gramatikal bahasa Jawa Banyumasan paling mendekati struktur gramtikal bahasa Jawa Kuno (Kawi) namun menurut budayawan Banymas yang juga penulis legendaris Ahmad Tohari, bahasa Jawa Banyumasan dianggap lebih inferior dari bahasa Jawa bagian tengah. Penulis mengamini penulis novel fenomenal Ronggeng Dukuh Paruk ini. Orang di Jawa (bahkan di Banyumas sendiri) akan lebih dianggap sopan dan berpendidikan jika bertutur kata dengan bahasa Jawa bagian tengah dari pada bahasa Jawa Ngapak. Acara resmi yang berbau adat pun lebih khidmat dan dianggap lebih elegan jika sang pengisi acara menyampaikannya dengan bahasa Jawa bagian tengah. Sebuah fakta empiris bahwa penutur asli bahasa Banyumasan (Satria) akan mengalah bila berbicara dengan penutur bahasa wetanan (Satrio). Alasannya, Satria tidak ingin dicap sebagai orang rendahan karena menggunakan bahasa berlogat kasar.

 

Budayawan Banyumas pemerhati bahasa Jawa Ngapak
Budayawan Banyumas pemerhati bahasa Jawa Ngapak

Ahmad Tohari juga menyayangkan serta mencemaskan kelestarian bahasa Ngapak yang diamsusikan sebagai bahasa yang inferior tersebut, ; “Sebuah fakta empiris bahwa penutur asli bahasa Banyumasan (Satria) akan mengalah bila berbicara dengan penutur bahasa wetanan (Satrio). Alasannya, Satria tidak ingin dicap sebagai orang rendahan karena menggunakan bahasa berlogat kasar”.

Perbandingan kosakata Banyumasan dengan bahasa Jawa baku

Dialek Banyumasan Jawa baku Indonesia
agèh ayo ayo
ambring sepi sepi
batir kanca teman
bangkong kodok katak
bengel mumet mumet
bodhol rusak rusak
brug kreteg jembatan
bringsang sumuk panas
clebek kopi kopi
londhog alon pelan
druni medhit pelit
dhongé/dhongané kudune harusnya
egin isih masih
gableg duwé punya
gering[4] kuru kurus
gigal tiba jatuh
gili dalan jalan
gujih rewel rewel
gutul tekan datang
jagong= lungguh duduk
kiyé iki ini
kuwé iku itu
letek asin asin
maen apik baik
maregi nyebeli buruk
omboan ngapusi bohong

 

ORA NGAPAK ORA KEPENAK!!!!

Sumber :

 

 

 

Leave a Reply

2 thoughts on “Bahasa Jawa Banyumasan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *