Asal Mula Nama Cilongok

Pada zaman kerajaan Pajajaran, Cilongok merupakan perbatasan sebelah timur kerajaan yang berbasis di Pulau Jawa bagian barat inu. Karena rawan terjadinya pergolakan politik di wilayah perbatasan kerajaan, Raja Pajajaran mencari orang yang akan diangkatnya menjadi penjaga perbatasan kerajaannya tersebut, ia memberi syarat bahwa sang penjaga perbatasan haruslah orang yang tersakti di daerah tersebut.

Berita ini cepat menyebar, pada akhirnya majulah 3 pendekar yang kebetulan bersaudara , yaitu : Ki Suramerta, Ki Candrageni dan Ki Jambewangi. Ki Suramerta dan Ki Candrageni sangat berambisi untuk memenangkan sayembara tersebut, sedangkan Ki Jambewangi tak terlalu berambisi dengan jabatan penjaga perbatasan tersebut.

Setelah disepakati, ke-3 pendekar ini sepakat bertarung di bawah makam Ki Suramerta. Ke-3 pendekar bersaudara tersebut pun mulai bertarung mengandalkan kesaktian masing-masing, Ki Suramerta dan Ki Candrageni yang sangat bernafsu memenangi pertarungan bertarung habis-habisan tanpa strategi, sebaliknya dengan jiwa yang tenang dan pikiran yang tertata  Ki Jambewangi bisa mengeluarkan ilmu Kanurgannya secara optimal. Pertarungan ke-3 jago Kanuragan tersebut berakhir setelah ke-3 jurus dari masing-masing pendekar dikeluarkan, terjadilah ledakan besar di tempat mereka bertarung. Karena ledakan yang dahsyat tersebut mengakibatkan tanah di sekitar nya menjadi cekung dan secara ajaib menyemburkan air, lama-kelamaan cekungan tersebut berubah menjadi sebuah kedung. Daerah tersebut disebut oleh warga sekitar dengan nama Cilongok, nama ini berasal dari dua kata, Ci dari Bahasa Sunda yang artinya air dan longok berasal dari Bahasa Jawa yang artinya menengok. Ki Jambewangi yang keluar sebagai jawara, dinobatkan  oleh raja sebagai penjaga batas perbatasan bagian timur kerajaan Pajajaran , ia juga diberi julukan oleh masyarakat sekitar sebagai Ki Cilongok.